salju

Senin, 19 Desember 2011

Logika vs. Perasaan


                  Sadarkah kita sering kali bertindak, berfikir, dan berbicara menurut perasaan? Sering kali kita menekankan pada perasaan bukan pada logika. Seperti kilasan berikut:
                A: menurutmu, apa dia berubah belakangan ini?
                B: perasaan gag tuh!
Pada kata ‘perasaan gag tuh’ adalah bukti bahwa sering kali kita lebih berfokus pada perasaan. Terutama pada kalangan muda. kita lebih sering bertindak dengan perasaan, karena kita takut melukai perasaan orang lain melalui ucapan maupun perbuatan kita. Apalagi kaum muda adalah saat-saat dimana manusia berada pada posisi yang labil dan cenderung bermain-main pada perasaan.
                Namun jika kita telusuri lebih lanjut, jika kita sering memakai perasaan, prosentase mengalami stress akan lebih tinggi. Karena perasaan adalah hal yang sangat sensitif, dan menjadi pemicu utama depresi.
                Lalu, jika kita hanya menggunakan logika, kita dapat dicam sebagai ‘makhluk tak berperasaan’. Tapi logika, juga perlu kita gunakan untuk menghindari kesalahpahaman dan untuk mengklarifikasi suatu masalah maupun mengidentifikasi akan masalah yang dihadapi.
                Dapat disimpulkan bahwa kita lemah karena ‘Perasaan’ dan kita cerdik oleh ‘Logika’. Bukan berarti dengan hal ini kita hanya menggunakan logika. Karena titik kekuatanmu dapat menjadi umpan bagi kelemahanmu, dan kelemahanmu dapat menjadi pondasi bagi kekuatanmu. Jadi, alangkah baiknya jika kita bertindak dengan beracuan pada logika juga dengan mempertimbangkan akan perasaan.

Berpikirlah dengan Perasaan dan Rasakanlah dengan Pikiran. =)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar